Sabtu  pekan depan, 19 Maret 2011, bulan akan berada dalam jarak terdekatnya  dengan bumi dalam kurun waktu 18 tahun terakhir--hanya sekitar 221.567  mil atau 356.578 kilometer. Fenomena mendekatnya bulan ke bumi itu  disebut 'lunar perigee'. Tapi ada juga astrolog yang menyebutnya  'supermoon'.
Di  sejumlah media terkemuka internasional, isu supermoon kini mengemuka.  Apalagi, fenomena itu dikait-kaitkan dengan ancaman sejumlah bencana  seperti gelombang pasang, letusan gunung berapi, bahkan gempa bumi.
Para  penganut teori konspirasi bahkan mengatakan, tsunami Aceh 2004 yang  merenggut lebih dari 200 ribu nyawa terjadi dua minggu sebelum supermoon  2005. Begitu juga dengan bencana angin siklon Tracy yang menyapu Darwin  Australia di tahun 1974.
Benarkah supermoon akan membawa bencana bagi bumi?
"Kabar menghebohkan itu tidak ilmiah, ada bumbu-bumbunya. Supermoon tidak berarti bencana," kata astronom Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin.
Posisi  bulan mendekati bumi, tambah dia, hanya akan berpengaruh pada efek  pasang surut. "Rata-rata maksimal tergantung kondisi pantainya."
Dijelaskan  Thomas, fenomena lunar perigee bukanlah hal yang istimewa. "Itu hanya  posisi reguler. Orbit benda langit memang ada di jarak terdekat  (perigee) dan terjauh (apogee)," tambah dia
Namun,  Thomas juga mengakui fenomena yang akan terjadi seminggu lagi itu tak  biasa. "Istimewanya, kebetulan waktunya dekat dengan bulan purnama,"  kata Thomas. Dijelaskan pada 19 Maret, fenomena lunar perigee yang  memiliki siklus sekitar 27,3 hari terjadi bersamaan dengan bulan purnama  yang muncul tiap 29 hari.
Selama  terjadi lunar perigee dan purnama, permukaan bulan akan tampak 14  persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari bulan purnama.
Pendapat  Thomas senada dengan para astronom lainnya. Pete Wheeler dari  International Centre for Radio Astronomy juga membantah anggapan bahwa  supermoon bakal membawa bencana. "Tak akan ada gempa bumi atau gunung  meletus," kata dia seperti dimuat, Jumat, 4 Maret 2011. "Kalau memang itu terjadi, itu sudah ditakdirkan."
Kata  dia, saat itu bumi memang akan mengalami pasang lebih tinggi dan surut  lebih rendah dari biasanya. "Tak ada yang perlu dikhawatirkan," tambah  Wheeler.
Sementara itu, pakar bumi dan planet dari Adelaide University,  Dr. Victor Gostin punya pendapat agak berbeda. Dia mengatakan, selama  ini prediksi cuaca, gempa, gunung meletus, dan bencana alam lainnya  berdasarkan konfigurasi planet tidak pernah akurat sepenuhnya. Namun,  menurut dia dimungkinkan ada suatu korelasi antara gempa bumi berskala  besar di dekat katulistiwa dan kondisi bulan. "Analoginya seperti pasang  surut air laut, pergerakan bumi akibat gravitasi bulan bisa memicu  gempa bumi."
http://asilkrose.blogspot.com/2011/03/fenomena-supermoon.html 
No comments:
Post a Comment